Pada tanggal 17 April 2024, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sebuah organisasi yang mengusung pemahaman Islam Ahlussunnah wal Jamaah, merayakan hari lahirnya yang ke-64. Momentum ini tidak hanya sekadar perayaan, namun juga kesempatan untuk memahami lebih dalam peran serta sejarah organisasi ini dalam panggung pergerakan mahasiswa di Indonesia.
Lahirnya PMII: Sebuah Perjuangan Ideologis
PMII bukanlah organisasi yang muncul begitu saja. Sejarahnya berakar dari keinginan kuat para mahasiswa Nahdliyyin untuk membentuk sebuah wadah yang memiliki identitas dan ideologi yang jelas, yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). Dari sini, berdirilah organisasi-organisasi seperti Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (Imanu), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU), Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU), dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di berbagai kota di Indonesia.
Kongres Ke-3 IPNU: Titik Awal Perjalanan PMII
Titik penting dalam sejarah PMII adalah Kongres Ke-3 IPNU pada Desember 1958. Pada kongres ini, diputuskan untuk membentuk departemen perguruan tinggi yang menjadi wadah bagi anggota IPNU yang merupakan mahasiswa. Namun, perjalanan PMII tidaklah mudah. Butuh waktu dan proses panjang hingga akhirnya pada Maret 1960, dalam konferensi besar di Kaliurang, Yogyakarta, diputuskan untuk membentuk organisasi mahasiswa NU yang terpisah secara struktural dari IPNU.
Pilar-Pilar Kehadiran PMII
PMII hadir dengan tujuan yang jelas: memperkuat Partai Nahdlatul Ulama dan menunjang gerakan NU. Dalam perjalanan dan perkembangannya, PMII memastikan segala gerakan dan aktivitasnya selalu terorientasi untuk mendukung langkah Partai NU.
Identitas dan Kiprah Awal PMII
Nama “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” dipilih dan diumumkan pada tanggal 17 April 1960. Mahbub Djunaidi ditunjuk sebagai ketua umum pertama PMII. Pemilihan Mahbub tidaklah sembarangan, melainkan berdasarkan pada beberapa pertimbangan yang matang, seperti nasab, karakter, pengalaman sebagai jurnalis, dan pengalaman organisatorisnya.
Peran Mahbub Djunaidi dalam PMII
Mahbub Djunaidi, dengan latar belakang keluarga yang memiliki kontribusi besar bagi NU dan NKRI, serta pengalaman sebagai jurnalis dan organisatoris yang berpengalaman, menjadi pilihan yang tepat untuk memimpin PMII pada awal berdirinya. Kiprahnya tidak hanya terbatas pada kepemimpinan PMII, tetapi juga dalam berbagai organisasi lainnya seperti HMI dan PWI.
Pewaris Bakat dan Talent
Sejak berdirinya, PMII telah melahirkan kader-kader yang memiliki talenta luar biasa dan telah berkiprah dalam berbagai bidang, termasuk politik dan pemerintahan. Diantaranya adalah tokoh-tokoh seperti Muhammad Zamroni, Suryadharma Ali, Abdul Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, dan banyak lagi.
Membanggakan Warisan Perjuangan
Warisan perjuangan PMII selama 64 tahun tidak bisa dipandang sebelah mata. Organisasi ini telah menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan.
Kesimpulan
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bukan hanya sekadar organisasi mahasiswa biasa. Sejarah panjang dan peranannya yang konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan menjadikannya sebagai salah satu pilar penting dalam pergerakan mahasiswa di Indonesia.
Sumber: Malang Times