Ospek UB

Kontroversi Ospek UB: Tumbangnya Maba Picu Sorotan Netizen!

Total
0
Shares

Puluhan mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) menjadi sorotan media sosial setelah viralnya foto-foto mereka yang tumbang saat ospek UB. Peristiwa ini menimbulkan reaksi beragam dari netizen yang mengomentari insiden ini dengan berbagai sudut pandang.

Ospek UB: Antara Tradisi dan Kontroversi

Dalam sebuah pengembangan yang mengejutkan, puluhan maba UB dilaporkan tumbang saat mengikuti serangkaian kegiatan ospek. Ospek, atau orientasi studi dan pengenalan kampus, adalah ritual tahunan yang bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru dengan lingkungan kampus dan membentuk rasa kebersamaan. Namun, kasus tumbangnya maba tersebut mengundang pertanyaan serius terkait efektivitas metode ospek yang diterapkan.

“Pergolakan” di Media Sosial

Kontroversi ini tak luput dari sorotan netizen di berbagai platform media sosial. Dalam akun Instagram @malangraya_info, foto-foto maba yang tumbang diunggah, menyebabkan gelombang reaksi dari berbagai kalangan. Salah satu netizen dengan akun @a.wicaksono99 mengomentari, “Dijemur matahari tumbang, dijemur realita setelah lulus trs cari kerja ginana ya 😂”. Komentar ini mencerminkan pandangan bahwa pengalaman ospek yang berlebihan mungkin tak relevan dengan persiapan sebenarnya untuk dunia kerja.

“Mental Penjajah” atau “Pendidikan Karakter”?

Komentar dari netizen @wyono219 juga menarik perhatian, “Budaya menindas, budaya menekan, mental2 penjajah di pelihara, itu mau menuntut ilmu, bukan mau perang… mental2 seperti ini, selalu terbawa jika kelak jadi pemimpin…”. Komentar ini merujuk pada aspek pembentukan karakter dan nilai-nilai yang diusung dalam proses ospek. Pertanyaan yang muncul adalah apakah metode ospek yang menekankan aspek ketahanan mental masih sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan modern yang lebih mengedepankan empati dan kerjasama.

Dampak Media Sosial dalam Isu Pendidikan

Peran media sosial dalam penyebaran informasi sangat kuat, terutama dalam konteks isu-isu seperti kasus ospek UB. Komentar netizen @azzanenjap menggambarkan hal ini, “Percayalah…. penataran P4 lebih berguna dr ospek2 yg memakan Korban.” Media sosial menjadi wadah bagi publik untuk menyuarakan pandangan mereka dan mengkritik metode pendidikan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan mahasiswa.

Panggilan untuk Perubahan OSPEK UB

Dalam kondisi ini, banyak netizen yang mempertanyakan relevansi dari konsep ospek yang memicu insiden tumbang tersebut. Netizen @mas_yoga_ae mengungkapkan keprihatinannya, “Panitia terkesan buru-buru dalam mempersiapkan papermob, harusnya ada beberapa piranti yang bisa disiapkan dari kota asal sehingga lebih efisien.” Komentar ini menggambarkan harapan untuk ada perubahan dalam pelaksanaan ospek, mengarah ke pendekatan yang lebih berwawasan.

Menggali Alternatif yang Lebih Produktif

Pendapat netizen @syahrul_marz juga patut diperhatikan, “Jago ngeles rektornya 🤣”. Kritik seperti ini menunjukkan keinginan untuk melihat respon yang lebih tegas dari pihak kampus terhadap insiden tumbangnya maba. Harapannya, kejadian ini dapat menjadi momentum untuk memikirkan ulang metode ospek yang dijalankan dan mencari alternatif yang lebih produktif.

Kesimpulan: Memahami Isu Ospek UB

Kasus tumbangnya maba saat ospek UB telah mengundang beragam reaksi dari netizen. Isu ini membuka ruang diskusi tentang relevansi metode ospek dalam era pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter, kerjasama, dan empati. Artikel ini diambil dari unggahan Instagram akun @malangraya_info.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like